Jumat, 14 Oktober 2016

Hargai Sa Sperti Tanah Papua

Foto Jerry Roe 
Sampe saat ini, kitong sbagai perempuan Papua tra hanya dihadapkan deng permasalahan kekerasan secara fisik dan mental tapi juga deng tantangan perkembangan yang stiap detiknya berdinamika. Entah itu dalam hal budaya dan agama yang sudah sangat jelas memarjinalisasi perempuan Papua, atopun juga dalam kesehatan, pendidikan, ekonomi apalagi dalam hal berpolitik.
Berdasarkan diskusi kelompok dan wawancara deng lebih dari 1700 perempuan di seluruh Papua pada tahun 2012-2014 ( sumber:Pendokumentasian Anyam Noken Kehidupan), ada tiga bentuk marjinalisasi dan diskriminasi yang dominan dialami oleh perempuan Papua, yaitu:
1.      Peminggiran perempuan Papua dalam sistem ekonomi, yang secara langsung berefek ke pendidikan deng kesehatan, yang bikin perempuan Papua miskin dalam smua masalah yang kompleks, yang slalu terjadi secara turun temurun, tambah lagi deng kebijakan pemerintah yang tra berpihak seutuhnya kepada perempuan Papua, contohnya dominasi pedagang non Papua, yang  juga dong jual hasil bumi yang dipanen deng juga dijual oleh mama-mama pasar Papua, ini salah satu indikasi terbesar yang buat perekonomian perempuan Papua masih slalu terpuruk.
 Deng juga janji pemerintah untuk bikin pasar mama-mama Papua sampe skarang blum terealisasi, jadi mama mama dong Cuma bisa jualan diatas tanah deng alas karung dong duduk tadah panas deng hujan tanpa atap yang lindungi dong, hal ini berbanding tabalik deng pedagang non Papua yang pemerintah dong su sediakan pasar modern yang bagus dan di tempat yang strategis ( dokumentasi Papuan Voices )
2.      Kurangnya partisipasi politik perempuan Papua, kuota standar 30% tra pernah memenuhi kursi karna permasalahan kemiskinan dan isolasi. Hal ini yang bikin juga perempuan Papua jarang skali mengambil keputusan, tapi hal ini tra dianggap penting untuk diangkat sbagai fenomena yang harus diperhatikan.
3.      Pelemahan identitas deng kemiskinan sbagai akibat dari sumber daya alam, Pengambil alihan ato perampasan tanah dan sumber daya alam yang dilakukan oleh para investor ( kapitalis) yang bekerja sama deng pemerintah pusat deng daerah, serta juga dong pu kaki tangan militer yang melegalkan represifitas untuk mengambil tanah dan merampas kekayaan alam yang kitong punya. Dampak yang dialami perempuan Papua jauh lebih terisolir dibanding laki-laki Papua, karena para perempuan tra punya akses alternatif lain untuk dapatkan sumber makanan dan ekonomi dari hasil lahan yang su dirampas tu.
Hal yang paling fatal yaitu hilangnya identitas perempuan Papua sbagai tanah deng alam Papua, tra hanya soal makan minum, mata pencaharian dan aset ekonomi, tapi juga perampasan identitas perempuan Papua.
Terkait lagi deng hal yang diatas, perempuan Papua (mama Papua) identik skali deng tanah Papua, yang melahirkan kitong deng kekayaan alam yang melimpah, serta juga merawat deng membesarkan kitong dari hasil bumi yang banyak. Tra tertandingi juga deng keindahan alam yang begitu memukau, hal ini yang melatar belakangi Negara Kolonial Indonesia bersekutu deng para Kapitalis datang hanya untuk kuasai kitong pu kekayaan tu. Dong ini juga sengaja memperbanyak militer di Papua, sehingga deng represifitas dong lebih gampang menguasai alam Papua, dong sama skali tra pikir tentang kehidupan manusia Papua, dimana dampak negatif yang akan dialami oleh kitong.
Begitu juga yang terjadi terhadap perempuan Papua yang sama deng tanah papua, masih dihidup dalam penindasan yang berlipat ganda karna sudah dijajah oleh kolonialis ( praktek halus) Indonesia, tra perlu jauh-jauh, contohnya sperti iklan kecantikan yang sehari-hari kitong nonton, ada slogan yang katanya “ Cantik itu kulit Putih, mulus bebas bulu” hahahahaaaaa,, iklan sperti ini ni penjajahan mental yang dilakukan secara halus, bikin kitong perempuan Papua smakin minder untuk tampil di depan umum dan tunjukkan kitong pu jati diri sbagai perempuan Papua. Secara langsung kapitalis memanfaatkannya deng produk kecantikan yang ditawarkan di iklan tersebut. Tra kosong eee,, umpan ini ditelan mentah oleh kitong pu perempuan Papua, sehingga industri ini dinilai sbagai industri yang tahan krisis di Papua. Industri ini yang menentukan standar-standar kecantikan dan kemolekkan perempuan dan menyurutkan kepercayaan diri perempuan Papua.
Tra kalah sadisnya yang militer lakukan terhadap perempuan papua, sejak tahun 1963-2009, militer telah melakukan kasus kekerasan wseksual terhadap perempuan papua sebanyak 138, dengan 52 kasus pemerkosaan, 24 kasus pengungsian saat operasi militer dan kelaparan, 21 kasus penganiayaan, 18 kasus penahanan sewenang-wenang, sisanya mengalami pembunuhan, penyiksaan, perbudakan seksual dan penyiksaan seksual. Sebanyak 133 perempuan mengalami kekerasan dari militer, 20 kasus kekerasan dari polisi, 6 kasus kekerasan dari aparat gabungan dan 5 dari aparat negara lain smuanya berdampak pada kesejahteraan perempusn Papua.hal ini su menandakan bahwa perempuan Papua tra bernilai di mata Negara kolonial Indonesia.
Seharusnya yang bisa membela kitong perempuan Papua tu laki-laki Papua tu sendiri, itu yang skarang-skarang ni dong bilang laki-laki Papua tercipta hanya untuk perempuan Papua, ahahahaaiiiii itu tu pas skali e, kitong harus lihat dalam pemahaman yang luas, dimana pembebasan perempuan Papua dimulai dari kitong orang Papua sendiri. Tapi perempuan Papua juga harus mengerti persoalan yang sedang terjadi di Papua, sehingga trada yang saling menyalahkan antara laki-laki dan perempuan Papua, kitong harus bersatu untuk lawan kitong pu musuh bersama.
Perempuan Papua harus mampu mengalahkan dirinya sendiri, yaitu smua rasa yang memarjinalisasi, mendiskriminasi, dan mengintimidasi dirinya sendiri, dimana disini organisasi perempuan Papua memiliki peran penting untuk ikut membangun kepercayaan diri jati diri perempuan Papua seutuhnya yang siap dalam materi atopun pemahaman yang luas serta juga keterampilan yang membuat suara perempuan Papua dapat didengar secara luas dan di perhitungkan, contohnya belajar public speaking, jurnalistik hal yang zaman sekarang ini sangat dituntut.
Tanah Papua adalah tanah yang begitu kaya sumber daya alamnya serta pula keindahan pemandangnya, disempurnakan dengan keaneka ragaman hayati di padukan dengan beraneka ragaman fauna yang begitu unik. Tanah Papua adalah mama Papua, identitas perempuan Papua yang membuat sa sangat yakin skali kalo kitong perempuan Papua juga sangat spesial diciptakan diatas tanah yang dijuluki surge kecil yang jatuh ke bumi, jadi dari skarang kitong perempuan Papua harus buktikan jati diri kitong yang sebenarnya!
Hargai sa sperti tanah Papua, karna identitas tanah Papua adalah perempuan Papua, ini adalah pesan yang sa rasa maknanya sangat mendalam skali bagi laki-laki Papua yang memiliki jati diri seutuhnya sbagai orang Papua, Begitupun perempuan itu sendiri, hargai dan syukuri berkat yang ada dalam ko pu, maka ko akan bisa lompat smua pagar kehidupan yang menindas ko!
Papua merdeka adalah solusi terbaik dari smua persoalan yang terjadi di Papua, percaya ato tidak itu sa rasa sbagai sebuah keharusan, bangun kesadaran kesetaraan antara perempuan Papua deng laki-laki Papua, ini adalah langkah awal sebuah revolusioner untuk melawan tiga musuh utama yaitu: Kolonialis, Kapitalis dan Militer.


Senin, 10 Oktober 2016

Stop Penindasan Terhadap Perempuan Papua!

Ilustrasi Peter Woods


Oleh: Julia Opki

Perempuan sangat identik dengan keindahan dan kelemah lembutan, hal ini yang membuat para lelaki selalu menganggap perempuan adalah makhluk yang kodratnya lebih rendah dibanding para lelaki, sehingga kadang mereka mengesampingkan hak perempuan dalam segala hal.

Inilah yang paling sering dialami oleh para perempuan Papua, yang lahir dari budaya yang bisa dibilang menomor duakan hak-hak perempuan, memang tak bisa dipungkiri bahwa budaya adalah hal dasar yang sangat melekat pada kehidupan setiap suku bangsa, terutama bangsa Papua yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang ada.

Mungkin inilah yang menjadi penyebab terjadinya penindasan perempuan Papua yang masih sering terjadi hingga sekarang. Mulai itu dari hal-hal sepele dalam rumah tangga seperti mencuci piring, menyapu rumah yang dianggap harus selalu dikerjakan oleh perempuan, kemudian pemilihan pekerjaan yang menomor duakan perempuan sampai KDRT yang paling sering dialami oleh perempuan Papua.